Sabtu, 22 Juni 2013

ARTI LOGO POS INDONESIA


Logo merupakan sebuah simbol yang menunjukkan citra, visi, dan misi dari pemilik logo tersebut. Apabila logo tersebut adalah milik sebuah perusahaan, logo tersebut akan merefleksikan jati diri perusahaan tersebut. Logo juga merupakan identitas suatu perusahaan yang menggambarkan tujuan-tujuan, prinsip-prinsip, serta ideologi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Logo suatu perusahaan bisa saja berubah seiring dengan perubahan diri dari perusahaan itu sendiri. Dalam perkembangan PT. Pos Indonesia (Persero), logo yang mewakili diri Pos Indonesia pun berubah mengikuti perubahan yang terjadi di dalam tubuh PT. Pos Indonesia (Persero) itu sendiri. Perubahan logo yang mencerminkan hal-hal yang baru dan berubah dari tubuh PT. Pos Indonesia (Persero) ini dapat kita telaah dan kita analisa. Logo lama Pos Indonesia ini terdiri dari banner di atas yang bertuliskan ‘RI’ yang kemudian tersambung dengan gambar padi dan kapas yang memberntuk sebuah lingkaran yang kemudian berujung kepada banner di bawah yang bertuliskan ‘POS & GIRO’. Di dalam lingkaran yang terbentuk dari kedua banner dengan padi dan kapas tersebut, kita mendapati sebuah segilima yang di dalamnya terdapat gambar burung merpati yang seolah-olah sedang terbang mengelilingi dunia. Di sisi luar dari segilima tersebut dan di sisi dalam dari lingkaran, kita mendapati arsiran mendatar yang berfungsi sebagai latar belakang atau background. Ide utama dari logo lama ini adalah burung merpati pos yang telah lama menjadi simbol dunia perposan. Bola dunia yang berada di belakang merpati tersebut melambangkan perputaran dunia, kekekalan, dan adanya hubungan yang terjalin antarnegara (hubungan yang bersifat internasional). Bentuk segilima yang mengelilingi merpati pos tersebut melambangkan Pancasila, ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang memiliki lima sila. Unsur padi dan kapas yang menjadi simbol dari sila kelima dari Pancasila mewakili tujuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan sosial untuk seluruh masyarakat Indonesia. Banner yang bertuliskan ‘RI’ dan ‘POS & GIRO’ menunjukkan identitas pemilik logo, yaitu Perum Pos dan Giro Republik Indonesia. Secara semantik, logo ini menunjukkan profesionalitas pos yang diwakili oleh merpati dan bola dunia namun terkurung oleh segilima yang mewakili Pancasila dan juga oleh lingkaran padi dan kapas yang menggambarkan tujuan BUMN. Hal ini menunjukkan bahwa Pos Indonesia bekerja secara profesional di dalam memberikan pelayanan berskala internasional untuk pelanggan-pelanggannya dengan tetap memegang teguh nasionalisme dan tujuan BUMN untuk menjunjung keadilan dan kesejahteraan sosial masyarakat Indonesia. Logo ini juga melambangkan keteguhan dalam memegang ideologi negara dengan adanya dua simbol yang mewakili Pancasila. Setelah perubahan kelembagaan yang terjadi di dalam tubuh Pos Indonesia (perubahan bentuk usaha dari perusahaan umum menjadi persero), logo Pos Indonesia pun ikut berubah. Di dalam logo baru Pos Indonesia, kita mendapati seekor merpati pos yang seolah-olah sedang terbang mengelilingi dunia dengan kecepatan tinggi. Merpati pos ini tidak lagi terkurung oleh segilima dan juga lingkaran padi dan kapas. Ukuran merpati yang lebih besar daripada bola dunia melambangkan bahwa Pos Indonesia diharapkan bisa menguasai (memimpin) usaha perposan di dunia internasional. Warna dasar jingga yang terdapat di gambar merpati dan bola dunia menunjukkan bahwa Pos Indonesia itu penting (warna jingga memiliki arti penting serta perlu diperhatikan, seperti yang terdapat di pembatas-pembatas jalan, pakaian pendaki gunung, seragam para penerbang, dan lain sebagainya). Tulisan ‘POS INDONESIA’ dengan tipografi bold ini memberikan ketegasan identitas perusahaan dan juga identitas negara. Tulisan ini berada di bawah gambar merpati yang sedang mengelilingi dunia dengan kecepatan tinggi karena logo ini ingin menunjukkan bahwa Pos Indonesia lebih mengutamakan profesionalitas dalam pelayanan untuk pelanggan-pelanggannya. Slogan Pos Indonesia ‘Untuk Anda kami ada’ yang ditulis dengan huruf latin (tegak bersambung) memperlihatkan keluwesan, keramahan, dan fleksibilitas dalam melayani pelanggan-pelanggannya

Minggu, 09 Juni 2013

SELAMAT JALAN KONSILIATOR DAN PENCETUS 4 PILAR DEMOKRASI

Sepuluh prajurit TNI yang berbaris rapi menarik pelatuk senjata laras panjang mereka. Tembakan salvo terdengar siang itu, Minggu 9 Juni 2013, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, mengiringi prosesi pemakaman militer Ketua MPR RI Taufiq Kiemas. Taufiq meninggal sehari sebelumnya di Singapore General Hospital karena penyakit jantung yang sejak lama dideritanya.

Istri almarhum Taufiq Kiemas, Megawati Soekarnoputri, berjalan perlahan bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Negara Ani Yudhoyono, dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menuju liang lahat tempat hendak dikuburkannya jasad Taufiq yang dua jam sebelumnya tiba di Bandara Halim Perdanakusuma dari Singapura dijemput pesawat Hercules TNI Angkatan Udara.

Presiden SBY memimpin langsung upacara pemakaman sang Ketua MPR. Sejak mendengar kabar wafatnya Taufiq Kiemas sore kemarin, Sabtu 8 Juni 2013, SBY menyatakan rasa duka citanya secara terbuka. Ia mengajak rakyat Indonesia dua hari mengibarkan bendera setengah siang sebagai penghormatan kepada almarhum, dan meminta masyarakat mendoakan Taufiq.

SBY juga memerintahkan dua pesawat TNI terbang ke Singapura untuk memulangkan jenazah Taufiq ke tanah air. SBY pula yang langsung menjemput jenazah Taufiq Kiemas setibanya di Bandara Halim Perdanakusuma. Respons cepat SBY ini wajar karena Taufiq adalah pemimpin salah satu lembaga tinggi negara. Ini masih ditambah dengan terjalinnya hubungan baik antara SBY dan Taufiq Kiemas meskipun keduanya berseberangan secara politik.

Wakil Ketua DPR dan mantan Sekretaris Jenderal PDIP, Pramono Anung, menceritakan detik-detik menjelang kematian Taufiq Kiemas. Menurutnya, Taufiq wafat setelah pihak keluarga memutuskan untuk mematikan alat pacu jantungnya. Keputusan itu diambil setelah berkonsultasi dengan dokter.

Pramono yang ikut mendampingi Taufiq Kiemas di saat-saat terakhirnya, mengatakan sekitar pukul 19.00 waktu Singapura Sabtu kemarin, Megawati berkata padanya ritme atau denyut nadi Taufiq masih ada hanya karena alat pemacu jantung yang dipasang di tubuh Ketua MPR itu.

“Keluarga kemudian berkonsultasi dengan dokter, dan akhirnya alat pemacu jantung itu dimatikan. Tak lama, beliau wafat tepat pukul 19.05,” kata Pramono. Untuk diketahui, Taufiq bertahun-tahun memang hidup dengan bantuan alat pacu jantung. Ia menjalani operasi pemasangan alat itu di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, pada Oktober 2005. (Baca: Riwayat Sakit Taufiq Kiemas)

Jangkar pemersatu

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, mengibaratkan Taufiq Kiemas sebagai jangkar pemersatu bangsa. Dalam praktik politik sehari-hari, Taufiq kerap memilih bersikap fleksibel ketimbang kaku demi mempersatukan para pihak yang berseteru.

Taufiq Kiemas lahir di tengah kekacauan saat tentara Sekutu menyerahkan kekuasaan atas Indonesia pada Jepang pada tahun 1942. Nama aslinya sesungguhnya Tastafvian Kiemas, namun pada akhirnya lebih dikenal dengan Taufiq Kiemas.

Dalam buku “Jembatan Kebangsaan: Biografi Politik Taufiq Kiemas” yang diedit Imran Hasibuan dan Muhammad Yamin, dikisahkan sejak kecil Taufiq Kiemas kerap diajak berdiskusi politik oleh keluarganya. Ini karena ayahnya, Tjik Agus Kiemas yang berdarah Palembang, merupakan pegawai Persatuan Warung Bangsa Indonesia yang bernaung di bawah Masyumi, partai Islam terbesar ketika itu.

Ibunda Taufiq, Hamzatun Rusjda yang berdarah Minang, juga amat berperan dalam kehidupan Taufiq. Ia menyekolahkan putranya ke sekolah-sekolah terbaik. Meskipun aktif di Masyumi, Hamzatun banyak bergaul dengan istri tokoh-tokoh Murba, partai beraliran kini yang didirikan Tan Malaka sang mantan ideolog PKI.

Taufiq Kiemas yang besar pada masa agresi militer II Belanda, kemudian tumbuh menjadi anak yang berani dan berjiwa nasionalis. Meskipun dibesarkan dalam keluarga Masyumi yang Islam-nya kuat, Taufiq selalu disekolahkan ke sekolah sekuler.

Hingga pada 19 Agustus 1960, Taufiq mendengarkan pidato Presiden Soekarno yang membubarkan Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia di hadapan pengurus kedua partai itu. Taufiq langsung terkesan pada Soekarno. Ia berpikir, membubarkan partai politik langsung di depan para pemimpin partai itu adalah perbuatan yang luar biasa.

Taufiq remaja pun jatuh cinta pada Soekarno. Buku-buku Bung Karno dilahapnya. Begitu duduk di bangku kuliah, Taufiq bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Ia bahkan pernah menimba ilmu dari tokoh-tokoh PKI ketika karena suatu hal dijebloskan ke sel tahanan Korps Polisi Militer Kodam Sriwijaya, Palembang.

Satu setengah tahun mendekam di penjara bersama tokoh-tokoh politik nasional dari berbagai aliran membuat Taufiq mengambil kesimpulan: kalau mau main politik harus punya jaringan luas, dan untuk membina jaringan politik, sikap apriori sedapat mungkin harus dihilangkah, bahkan terhadap lawan politik sekalipun.

Sikap lentur ini kemudian menjadi ciri khas Taufiq. “Taufiq Kiemas adalah tokoh dengan kategori liminal (berposisi antara) yang bisa mengatasi batas-batas pengelompokan karena pertautannya dengan beragam aliran,” kata pengamat politik Yudi Latif.

Damaikan Mega dan Gus Dur

Buku Derek Manangka yang berjudul “Jurus & Manuver Politik Taufiq Kiemas: Memang Lidah Tak Bertulang” menceritakan masa ketika PDIP menang pemilu tahun 1999, namun Megawati justru gagal menjadi presiden. Kegagalan itu menimbulkan huru-hara dan perusakan fasilitas umum. Semangat politisi PDIP pun kendor karena meski menang pemilu, mereka kalah bertarung di parlemen.

Reaksi PDIP itu, kata Derek, dibaca oleh para pendukung Gus Dur. Mereka sadar pemilihan Gus Dur sebagai presiden bisa memecah pertemanan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu dengan Megawati. Padahal sebelumnya mereka berdua bahu-membahu bersama menggerakkan reformasi.

“Maka hanya beberapa menit setelah Gus Dur memenangkan pertarungan politik, orang-orang Gus Dur seperti Khofifah (Indar Parawansa) dan Saifullah Yusuf mulai mendekati Mega,” ujar Derek. Orang pertama yang mereka dekati adalah Taufiq Kiemas.

Dalam lobi itu, mereka meminta Mega menjadi wakil presiden mendampingi Gus Dur. Pendekatan kubu Gus Dur ini didengar para politisi PDIP. Mereka marah karena merasa telah ditelikung PKB dan Gus Dur. Megawati sendiri dikabarkan merasakan hal yang sama.

Namun Taufiq Kiemas mengambil posisi berbeda. Dia menerima tawaran kubu Gus Dur. Taufiq beralasan, jika kursi wakil presiden tak diambil Megawati, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang saat itu dipanglimai Wiranto kemungkinan besar akan mengisinya.

“TK membaca Jenderal Wiranto yang di masa pemerintahan Habibie menjabat Panglima ABRI, diam-diam sudah mempersiapkan diri untuk maju dalam acara sidang memperebutkan kursi wakil presiden,” kata Derek. Taufiq Kiemas lalu menemui Gus Dur dan bertanya bagaimana caranya mengatasi Wiranto. Gus Dur menyatakan, sebagai presiden, dia bisa meminta Wiranto yang Panglima ABRI itu untuk tidak maju sebagai calon wakil presiden.

Taufiq lega. Sekarang tinggal bagaimana menjelaskan pada PDIP. Kepada PDIP, Taufiq menyatakan jalan oposisi terhadap pemerintahan Gus Dur akan menjebak partai banteng itu. “Saya ingatkan, kalau kita tidak masuk dalam pemerintahan sekarang, padahal partai kita meraih suara terbanyak dalam pemilu, berarti kita sudah masuk dalam jebakan. Sangat tidak masuk akal kalau sebuah partai pemenang pemilu berhasil dijebak partai-partai kecil,” kata dia.

Sikap Taufiq yang anti-mainstream ini tak selalu dituruti. Menjelang Kongres PDIP April 2010 misalnya, Taufiq muncul dengan ide mendorong koalisi PDIP dengan pemenang Pemilu. Taufiq yakin, bila PDIP bersedia mengubah haluannya, prospek dan masa depan partai banteng itu akan lebih cerah. Namun ternyata Kongres tetap memutuskan PDIP berada di luar pemerintahan.

Damaikan Mega dan SBY

Buku “Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono” karya Garda Maeswara mengisahkan tentang perseteruan antara SBY dengan Taufiq Kiemas dan Megawati. Ketika itu beberapa survei tahun 2003 memunculkan nama SBY sebagai calon presiden. SBY setidaknya menempati urutan lima besar. Melambungnya nama SBY itu berkat Partai Demokrat yang berdiri tahun 2001.

Megawati yang saat itu menjadi presiden menggantikan Gus Dur, punya keinginan duduk lagi di kursi RI 1 pada pertarungan Pemilu 2004. Namun dia menyadari kepopuleran SBY melesat begitu cepat dan dapat menyingkirkan dirinya.

“Otomatis Megawati kelimpungan. Ia harus meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan preventif, dengan melakukan upaya penggembosan agar kepopuleran SBY tidak semakin melonjak, tetapi surut dan tenggelam. Maka mulai timbul beberapa gesekan-gesekan di antara keduanya di dalam internal pemerintahan,” kata Garda.

Periode Januari-Februari 2004, SBY beberapa kali tidak dilibatkan dalam rapat-rapat pengambilan kebijakan di bidang politik dan keamanan, misalnya soal kunjungan beberapa pejabat ke Aceh. Padahal SBY saat itu menjabat sebagai Menkopolkam.

Puncak perseteruan Mega dangan SBY terjadi pada 1 Maret 2004, saat Taufiq Kiemas menyebut SBY sebagai “jenderal kekanak-kanakan” karena mengadukan masalah internal pemerintahan ke wartawan. “Kalau anak kecil lagi genit-genitan, ya merasa diisolasi seperti itu. Kalau memang bukan anak kecil dan merasa dikucilkan, lebih baik mundur,” kata Taufiq pedas.

Meskipun keesokan harinya SBY mengatakan tidak akan menanggapi pernyataan Taufiq, pada akhirnya ia memilih keluar dari Kabinet Gotong Royong. “Karena dia merasa tugasnya di kementerian sudah banyak diambil alih oleh Presiden Megawati,” ujar Garda.

Tanggal 11 Maret 2004, SBY resmi mundur dari jabatannya sebagai Menkopolkam. Keputusannya itu membuat SBY makin populer. Sebaliknya, pamor Megawati kian tenggelam. Pada Pemilu 2004, SBY pun terpilih menjadi Presiden RI mengalahkan Megawati. Kepopuleran SBY ini bahkan masih berlanjut di Pemilu 2009 yang kembali ia menangkan – lagi-lagi dengan mengalahkan Megawati.

Sejak perseteruan tahun 2004 silam, Megawati dan SBY tidak pernah benar-benar berbaikan. Sudah jadi rahasia umum komunikasi politik di antara mereka buruk. Megawati tidak pernah mendatangi pelantikan SBY sebagai presiden. Ketimbang bertemu SBY, Mega memilih berkebun di rumahnya. Megawati juga menghindar berjabat tangan dengan SBY dalam pengundian nomor parpol peserta Pemilu 2009 di kantor KPU.

Sebaliknya, hubungan antara Taufiq Kiemas dan SBY justru membaik dari tahun ke tahun. Posisi Taufiq sebagai Ketua MPR di kemudian hari mempermudah dia menjalin komunikasi dengan rival politiknya itu. Taufiq dan SBY kerap bertemu dalam acara kenegaraan. Taufiq bahkan pernah mengunjungi SBY di luar kapasitasnya sebagai Ketua MPR.

Belum lama ini misalnya, Desember 2012, Taufiq Kiemas didampingi putrinya Puan Maharani menyambangi SBY di Istana Negara untuk menghadiahi sang Presiden buku biografi 70 tahunnya setebal 471 tahun yang berjudul “Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam.” Dalam pertemuan itu, keduanya berbincang hangat dan saling melempar canda tawa.

SBY pun menjaga hubungan baik dengan Taufiq. Saat Taufiq Kiemas menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Trisakti, SBY hadir di sana. Maka dalam pemakaman Taufiq di Kalibata, SBY memuji almarhum sebagai sosok konsiliator. “Mari kita beri penghormatan tinggi atas darma bakti almarhum,” kata SBY.(np) 
sumber : VIVA NEWS.COM

BEASISWA KEMENPORA UNTUK PEMUDA INDONESIA YANG BERPRESTASI

Dalam upaya mendukung peningkatan kapasitas pendidikan tenaga kepemudaan, kementerian Pemuda dan Olah Raga, menawarkan beasiswa pendidikan jenjang strata dua ( PascaSarjana) kepada pemuda Indonesia yang berprestasi

Persyaratan mengajukan beasiswa adalah

1. lulus pendidikan Strata satu (S1) semua jurusan dengan IPK min 2.75
2. usia  Maksimal 30 tahun ( OKP, Unsur pemuda) dan 35 tahun ( PNS Kementerian Pemuda dan Olahraga Kota/Kabupaten)
3. TOEFL 450 dan TPA min 500
4. tidak terikat Program beasiswa pihak lain, baik perguruan tinggi maupun lembaga lainnya.
5. lulus ujian masuk Program Pasca Sarjana.

didalam beasiswa ini ditawarkan program studi sebagai berikut :

1. KAJIAN KETAHANAN NASIONAL dengan peminatan pengembangan kepemimpinan ( Universitas Indonesia)
2. KAJIAN KETAHANAN NASIONAL dengan konsentrasi pengembangan kepemimpinan (UGM)
3. STUDI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH dengan peminatan kajian pengembangan kepemimpinan pemuda ( Universitas Hasanuddin)
4. STUDI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH dengan peminatan kajian pengembangan kepemimpinan pemuda ( Universitas Sumatera Utara)

PENDAFTARAN SECARA ONLINE

UNIVERSITAS INDONESIA
Universitas Indonesia
Telp/FAX : (021) 3100059 , FAX (021) 31922269

UNIVERSITAS GADJAH MADA
PASCA SARJANA UGM
Telp/FAX : (0274)902280, (0274) 543771, 564239, FAX (0274) 564239

UNIVERSITAS HASANUDDIN
PASCA SARJANA UNHAS
telp /FAX : (0471) 585034, 585036, FAX : (0471) 585868

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PASCA SARJANA USU
Telp /FFAX : (061) 8212453

Kementerian Pemuda dan Olah Raga
KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
(021) 573858, 5704004

Senin, 03 Juni 2013

Kata Serapan asing, yang awut awutan tapi sudah terlanjur dipakai

Dewasa ini, cukup banyak kata asing yang di-indonesia-kan dengan cara yang menurut saya ‘awut-awutan’. Kata ‘account’ diserap menjadi ‘akun’, ‘cyber’ menjadi ‘siber’, ‘gamer’ menjadi ‘gimer’, ‘feature’ menjadi ‘fitur’, ‘single’ menjadi ‘singel’, ‘partner’ menjadi ‘patner’, ‘discount’ menjadi ‘diskon’, ‘counter’ menjadi ‘konter’. Pokoknya, kata-kata ini diserap ‘semau gue’ dan ‘main terabas’ saja.
Dalam hal penyerapan dari kata asing, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia dahulu mempunyai ‘sikap’ yang sama, yaitu pengejaannya diadaptasi sesuai dengan lafalnya (pronunciation). Bahasa Indonesia mengikuti lafal bahasa Belanda, sedangkan bahasa Malaysia mengikuti lafal bahasa Inggris. Oleh karenanya, dalam bahasa Malaysia sampai sekarang bisa ditemui kosakata (yang sesuai dengan lafal bahasa Inggrisnya) seperti: blaus (dari ‘blouse’), skru (dari ‘screw’), kempen (dari ‘campaign’), geran (dari ‘grant’), siling (dari ‘ceiling’), resipi (dari ‘recipe’), kek (dari ‘cake’), gris (dari ‘grease). Dalam bahasa Indonesia kata serapan yang diadaptasi dari lafal bahasa Belanda sebanyak 4.000 kata, misalnya ‘blus’ (dari ‘bloes’), sekrup (dari ‘schroef’), kampanye (dari ‘campagne’), plafon (dari ‘plafond’), resep (dari ‘recept), sekop (dari ‘schop’).
Namun menurut Anton Moeliono, semenjak tahun 1972, pedoman yang dipakai untuk kata serapan tidak lagi memperhatikan lafalnya, tetapi dari bentuk tulisannya. Menurut saya, inilah awal dari keamburadulan kata-kata baru yang diserap. Orang seakan diberi kebebasan tanpa koridor untuk membuat kata serapan seturut seleranya. Contohnya, kata ‘akun’ yang diserap dari ‘account’. Bandingkan dengan istilah Malaysia yang menuliskannya dengan ‘akaun’ (setidak-tidaknya pelafalannya boleh dikatakan sama). Juga kata ‘counter’ dan ‘discount’ yang seenak udelnya dijadikan kata serapan ‘konter’ dan ‘diskon’ dalam bahasa Indonesia. Kita bandingkan lagi dengan bahasa Malaysia yang menuliskannya dengan ‘kaunter’ dan ‘diskaun’.
Saya tidak hendak mengatakan bahwa secara estetika, ‘kaunter’ dan ’diskaun’ lebih bagus daripada ‘konter’ dan ‘diskon’, karena ini masalah selera yang pada masing-masing orang bisa berbeda. Tetapi yang saya sesalkan adalah kebijakan pusat bahasa yang mengganti panduan pemadanan kata serapan dari pelafalan menjadi penulisan. Kata-kata asing ini menjadi bermakna justru karena pelafalannya (pada saat masuk ke dalam telinga kita). Jadi sangat ‘kampungan’ kalau kata Inggris ‘feature’ (dengan pelafalan ‘ficier’) lantas kita jadikan ‘fitur’. Meskipun relatif sedikit, di zaman dahulu, kita sudah membuat kata serapan dari bahasa Inggris dengan elegan sesuai dengan pelafalannya, seperti misalnya istilah ’kiper’ (dari kata Inggris ’keeper’), skuter (dari ’scooter’).
Nampaknya tidak semua istilah asing bisa kita jadikan kata serapan. Lantas apa alternatif kita kalau sesuatu kata terasa kurang ’sreg’ untuk dijadikan kata serapan? Menurut saya, lebih baik dan lebih elok kalau kata bersangkutan kita tulis dengan ejaan bahasa aslinya. Jadi kita tetap tulis dengan ’feature’ ketimbang ’fitur’ yang membuat membuat sakit mata. Tuliskan: seorang penyanyi akan meluncurkan album single-nya, jangan ditulis dengan ’album singel-nya’. Atau apabila kita sanggup untuk mencarikan padanan dalam bahasa kita, tak ada jeleknya untuk diterapkannya. Misalnya, kata ’bully’ yang dewasa ini cukup tenar, menurut Anton Moeliono dapat dipadani dengan kata ’merisak’. Janganlah kita menuliskannya menjadi ’membuli’. Alasannya? It looks stupid and ugly.


sumber :

http://bahasa.kompasiana.com/2013/06/03/protes-terhadap-penyerapan-kata-asing-yang-awut-awutan-565414.html

PNS : Makna lambang padi dan kapas

Makna lambang padi dan kapas yang selalu tertancap sebagai lambang kebanggaan menjadi sorotan sebuah istilah kesuburan dan kemakmuran. Banyak harapan para pencari kerja yang ingin masuk sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), sebab jadi PNS itu bisa subur dan makmur katanya. Subur dan makmur secara materi memang benar, terlihat gaji PNS setiap tahunnya terus meningkat dan menjadi investasi harapan masa depan untuk keturunan berkelanjutan. Besarnya tunjangan yang diberikan oleh pemerintah dan suburnya pendapatan serta penghasilan dari berbagai cara yang didapatkan menjadi perlombaan siapa saja yang ingin bekerja di kepemerintahan.
Sebagian besar efek pekerjaan PNS memang sangat membantu dalam hal peran pekerjaan pemerintah terutama melaksanakan kegiatan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Masing-masing peran tugas dan fungsi yang berbeda-beda diatur oleh perundang-undangan untuk mensinergiskan pekerjaan tersebut. Mengenai layanan publik menjadi figur keberhasilan seorang Pegawai Negeri Sipil mencapai targetnya, tetapi kenyataannya para pekerja layanan publik ini kerap sekali masyarakat mengeluh atas kinerja mereka  bahkan menjadi kesengajaan pihak pelayanan publik menjadi objek bisnis. Maklumilah mungkin gaji yang diharapkan oleh sekian banyak PNS belum menjadi kesuburan buat mereka yang melakukannya. Cara itu pun menjadi hasil tambahan untuk kesejahteraan pribadinya.
Upaya memaknai lambang padi dan Kapas PNS seharusnya diterapkan semestinya, namun masih banyak sekali PNS yang kerap kali mangkir dari pekerjaannya guna mencari usaha penghasilan tambahan yang bagi mereka sesuai dengan perutnya. Permainan yang dilakukan PNS terkadang sering menyulitkan birokrasi kepada masyarakat untuk melakukan administrasi kepemerintahan. Dengan bermacam alasan yang dilontarkan terkadang bisa terwujud dengan mudah “Yang Penting Ada Uang Tipsnya“. Seolah-olah pekerjaan dijadikan jasa tambahan untuk penghasilan, padahal itu sudah sewajarnya menjadi kewajiban para pegawai negeri sipil untuk melayani masyarakat secara tugas dan fungsinya. PNS bukan lagi seorang PPT (Para Pencari Tips) yang sengaja memudahkan proses birokrasi administrasi lebih cepat.
Dugaan KORUPSI, SUAP, SOGOK ,PENYELEWENGAN DANA dan RODA POLITIK INCUMBENT seolah-olah menjadi darah daging pekerjaan PNS yang turut menyuburkan kesejahteraannya. Beragam kasus yang terjadi tidak merubah efek jera para pelaku bahkan menjadi mata pencaharian pokok sandang dan pangan. Kurangnya kontrol pekerjaan kepada pelaku PNS yang nakal terkadang membuat leluasa akan hal kebiasaan PNS (Pegawai Nakal Semua). Ini sebabnya banyak pelaku PNS yang subur dan sejahtera, bahkan banyak berlomba-lomba masuk ke jurang yang sama.
LALU MAKNA LAMBANG PADI DAN KAPAS PNS  ITU APA?
Ini dia sebenarnya PNS mengerti dan sadar akan tugas pokoknya, sebagai aparatur negara penunjang kesejahteraan rakyat tentunya menjadi tulang punggung keberhasilan cita-cita bangsa. Karena kesejahteraan rakyat tergantung pada layanan publik di setiap kepemerintahan setempat. Jelasnya adalah padi dan kapas yang erat pada lambang kepemerintahan setempat merupakan  arti yang mendalam, yaitu kemakmuran, padi melambangkan pangan
kapas melambangkan sandang. Tapi bila disalah artikan dengan tindakan PNS yang sekarang banyak beredar, PNS bukan lagi untuk kemakmuran msyarakat melainkan kemakmuran pribadi. Karena PADI dan KAPAS bila dilakukan dengan salah maka PADI adalah untuk makan uang rakyat dan KAPAS adalah tempat tidur bermalas-malasan. Maka pengertian untuk PNS (Pegawai Nakal Sekali) lebih cocoknya adalah pegawai yang merampas uang rakyat dan pekerjaannya adalah tidur bermalas-malasan.
Semoga saja PNS yang kita harapkan menjadi demikian sebaiknya, dan semoga tidak semua PNS melakukan hal yang tidak diharapkan oleh masyarakat dan memaknai lambang padi dan kapas sebagai tujuan pencapaian untuk kesejahteraan. Jadilah PNS yang jujur dan melayani publik yang sebenar-benarnya untuk kesejahteraan bersama. Bukan PNS yang melayani hawa nafsu syaitonnya.

WIRAUSAHA EXPO2013 DONGKRAK KREATIFITAS PEMUDA

Informasi Menarik dan sangat poenting untuk di ikuti oleh kaum Muda. BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA mengadakan acara yang bertajuk WIRAUSAHA EXPO 2013 dilaksanakan dalam rangkas Dies Natalis Universitas slamet riyadi yang ke 33.  acara ini dilaksanakan pada tanggal 13 samapi 15 juni 2013, di sekitaran kampus universitas slamet riyadi surakarta.
Wirausaha expo dibagi menjadi 2 acara penting yaitu Seminar Nasional kewirausahaan dengan tema membentuk wirausaha kreatif dengan menhadirkan pembicara - pembicara kewirausahaan yang sangat joss dan bertaraf nasional internasional, antara lain Menteri Koperasi dan UKM RI , Sjarif Hasan, Zulfikar Alimuddin dewan pembina Semangat Menuju Indonesia Hebat dan juga Direktur The New You Institute, dan juga menhadirkan Pengusaha nasional yaitu Owner PT Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat dan akademisi Universitas Slamet Riyadi dan Juga Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Slamet riyadi Dra Ernawati, MM.
Selain Seminar Nasional pada gelaran Wira usaha Expo ini juga ada UNISRI Fair 2013, yaitu pasar Stand yang menyediakan pasar seni rupa, dan tempat berwirausaha baik itu bagi pemula dan juga bagi yang sudah berpengalaman. jadi pemuda dengan jiwa entrepreneurnya dapat mengikuti ajang ini untuk mencoba menjadi entrepreneur yang sukses.
harga per stand
kategori Pelajar SMA/SMK : Rp 75.000,-
Kategori Mahasiswa : Rp. 100.000,-
Kategori Umum : Rp 100.000,-

untuk pemesanan dapat menghubungi Sdr Langgeng Aji Wijaya : di Hp 085 725 096 807
atau datang langsung saja ke sekretariat Panitia Lt2 Fakultas Hukum  UNISRI, Jl. Sumpah Pemuda no 18, Joglo Kadipiro, Solo

Pemuda dan Peran Pentingnya Untuk Kemajuan Bangsa

Pemuda merupakan suatu potensi bagi negara sebagai armada dalam kemajuan bangsa, karena pemuda merupakan generasi penerus perjuangan bangsa. Peran pemuda sangatlah penting dalam mengisi pembangunan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa, mengingat catatan sejarah peran pemuda senantiasa menjadi pilar dan motor untuk mencapai kemerdekaan bangsa.
Di mulai dari Budi Utomo tahun 1908, Sumpah pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945, hingga saat ini, pada masa reformasi, pemuda yang merupakan tokoh intelektual bangsa senantiasa memberikan pemikiran dan pergerakan demi kedaulatan bangsa.

Dalam situasi yang senantiasa tumbuh dan berkembang di era globalisasi ini, menuntut peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral, kontrol sosial dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Selain itu, dalam Pembangunan Nasional, pemuda diharapkan mampu bertanggung jawab dalam menjaga Pancasila, keutuhan NKRI, dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian kesadaran pemuda akan kecintaan terhadap tanah air dan bangsanya semakin meningkat.

Pemuda diharapkan tetap terus menempa dirinya menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, dan memiliki kesetiakawanan sosial dan semangat pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan negara yang tinggi. Pemuda sebagai garda terdepan dalam proses perjuangan, pembaruan dan pembangunan bangsa, diharapkan mampu mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang telah di raih negara ini selama kurang lebih 64 tahun silam dengan berbagai hal.
Dalam tataran kampus atau perguruan tinggi, pemuda memiliki tugas pokok untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pemuda dalam hal ini mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian terhadap Masyarakat. Pendidikan dalam konteks menerima dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima selama menjadi mahasiswa. Penelitian meliputi kajian-kajian strategis baik perbaikan maupun penemuan baru demi kemajuan bangsa. Pengabdian terhadap masyarakat yaitu pengamalan potensi, ilmu dan pengetahuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat.
Situasi negara yang saat ini kurang stabil, dengan banyak terjadinya bencana, konflik kepentingan, degradasi moral dan terorisme, menuntut pemuda khususnya mahasiswa untuk menjadi stabilisator, dinamisator, kreator dan inovator perubahan ke arah yang lebih baik. Melalui tulisan ini, penulis berharap dapat mengingatkan diri pribadi dan mengajak pembaca untuk tetap memiliki semangat kejuangan, sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis dan futuristik tanpa meninggalkan akar budaya bangsa Indonesia yang tercermin dalam kebhinnekatunggalikaan. Semoga negara Indonesia ini tetap jaya dengan para pemuda yang senantiasa berkarya. MERDEKA!!!

sumber : http://nasionalismeindonesia.wordpress.com